Orang yang berilmu itu
bukanlah mereka yang bertanya,
bagaimana orang lain
punya arti bagiku, tetapi mereka
yang bertanya : bagaimana
aku punya arti bagi orang lain
Untuk apa
engkau menggali ilmu, menempatnya dalam
rak-rak
pikiranmu yang sarat dengan berbagai judul.
Untuk apa membaca dan mendiskusikan pengetahuan,
menyita waktu dan energi sampai kelelahan melahap
berbagai informasi dan kepuasan diri.
Kalau itu semua tak membuahkan amal !
Ilmu pengetahuan bukan sebagai koleksi
atau pajangan hidup, tetapi syariat sekaligus
pelabuhan tempat membongkar semua beban
kehidupan.
Ilmu tanpa amal, bagaikan senjata
tanpa peluru.
Punya wibawa tapi tak mampu
menggerakkan
atau menciptakan apapun, kecuali
kesombongan.
Alangkah sia-sianya mereka yang berilmu tetapi
tak mampu memberikan percikan pelita sedikitpun
bagi kehidupan dan lingkungannya. Terjebak dalam
ke “akuan” yang dahsyat dan terperangkap dalam
sangkar kepalsuan seraya mengobral waktu secara
percuma.
Ketahuilah, bahwa dunia ini berputar karena ilmu,
tetapi camkan pula bahwa dunia ini hancur karena ilmu pula.
Maka tampaklah bahwa, bukan kualitas ilmu yang
menjadi pegangan, tetapi tindakan yang disertai
tanggung jawab kita akan keilmuan yang dimiliki.
Tuhan…….
lelah aku menghitung
berapa banyak keburukanku
lupa aku mengingat
berapa banyak amal manfaat
Betapa sedikitnya bekal ku
betapa miskinnya amal ku
Terpukau deru dera dunia
terperangkap polesan kepalsuan
terhimpit peradaban
Kalau sekarang masih ada bisikan
mengetuk ngetuk ujung batinku
meronta meminta perhatian MU
janganlah engkau palingkan wajah MU
Kalau sekarang masih ada sesal
menyumpal segala kesal
janganlah engkau pojokkan diriku
Bukankah aku selalu ingin mengejar MU
walau betapa tali dan jerat dunia
menghambat langkahku
Tuhan……..
Aku lelah mengadu, walau batinku
terus memburu
ingin menangkap cahaya MU
Lama batinku mengharap berjumpa
Dengan engkau wahai kekasih abadi
Telah lupa apa makna do’a
Telah habis untaian kata
Untuk mewujud dalam harap
Kian ku sebut kian tak berarti
Seharusnya aku lama mencari arti
Tapi ruang dadaku selalu penuh
Jelaga hitam kehidupan
Menutup cahaya jiwaku
Lama batinku menangis
Meratapi harapan jumpa
dengan Engkau Wahai Kekasih Pasti
Kalau ada waktuku
Ingin cangkir jiwa tumpah dan kosong
Wajah dan cintamu kekasih
Biarlah menutupi seluruh piala jiwaku
Kami sndiri merancang dosa
Kami sendiri mencipta prahara
Kami ingin mengejar cahaya MU
Tapi kami sendiri dan mencipta kabut
Kami ingin cinta dan kedamaian
Tapi kami sendiri mencipta benci dan peperangan
Betapa rasa malu menghardik diriku
Betapa sejuta dosa menggertak dadaku
Betapa kepalsuan menjebak langkahku
Betapa hidupku hampa dalam istana
Tapi Tuhan
Inilah do’aku
Inilah Sujudku
Inilah air mataku
Menerpa dinding rumah MU
Kini kian terasa
Betapa sajadahku bertambah pendek
Menampung segala keluh
والسلام عليكم ورحمة لله
وبر كا ته
Orang yang berilmu itu
bukanlah mereka yang bertanya,
bagaimana orang lain
punya arti bagiku, tetapi mereka
yang bertanya : bagaimana
aku punya arti bagi orang lain
Untuk apa
engkau menggali ilmu, menempatnya dalam
rak-rak
pikiranmu yang sarat dengan berbagai judul.
Untuk apa membaca dan mendiskusikan pengetahuan,
menyita waktu dan energi sampai kelelahan melahap
berbagai informasi dan kepuasan diri.
Kalau itu semua tak membuahkan amal !
Ilmu pengetahuan bukan sebagai koleksi
atau pajangan hidup, tetapi syariat sekaligus
pelabuhan tempat membongkar semua beban
kehidupan.
Ilmu tanpa amal, bagaikan senjata
tanpa peluru.
Punya wibawa tapi tak mampu
menggerakkan
atau menciptakan apapun, kecuali
kesombongan.
Alangkah sia-sianya mereka yang berilmu tetapi
tak mampu memberikan percikan pelita sedikitpun
bagi kehidupan dan lingkungannya. Terjebak dalam
ke “akuan” yang dahsyat dan terperangkap dalam
sangkar kepalsuan seraya mengobral waktu secara
percuma.
Ketahuilah, bahwa dunia ini berputar karena ilmu,
tetapi camkan pula bahwa dunia ini hancur karena ilmu pula.
Maka tampaklah bahwa, bukan kualitas ilmu yang
menjadi pegangan, tetapi tindakan yang disertai
tanggung jawab kita akan keilmuan yang dimiliki.
Tuhan…….
lelah aku menghitung
berapa banyak keburukanku
lupa aku mengingat
berapa banyak amal manfaat
Betapa sedikitnya bekal ku
betapa miskinnya amal ku
Terpukau deru dera dunia
terperangkap polesan kepalsuan
terhimpit peradaban
Kalau sekarang masih ada bisikan
mengetuk ngetuk ujung batinku
meronta meminta perhatian MU
janganlah engkau palingkan wajah MU
Kalau sekarang masih ada sesal
menyumpal segala kesal
janganlah engkau pojokkan diriku
Bukankah aku selalu ingin mengejar MU
walau betapa tali dan jerat dunia
menghambat langkahku
Tuhan……..
Aku lelah mengadu, walau batinku
terus memburu
ingin menangkap cahaya MU
Lama batinku mengharap berjumpa
Dengan engkau wahai kekasih abadi
Telah lupa apa makna do’a
Telah habis untaian kata
Untuk mewujud dalam harap
Kian ku sebut kian tak berarti
Seharusnya aku lama mencari arti
Tapi ruang dadaku selalu penuh
Jelaga hitam kehidupan
Menutup cahaya jiwaku
Lama batinku menangis
Meratapi harapan jumpa
dengan Engkau Wahai Kekasih Pasti
Kalau ada waktuku
Ingin cangkir jiwa tumpah dan kosong
Wajah dan cintamu kekasih
Biarlah menutupi seluruh piala jiwaku
Kami sndiri merancang dosa
Kami sendiri mencipta prahara
Kami ingin mengejar cahaya MU
Tapi kami sendiri dan mencipta kabut
Kami ingin cinta dan kedamaian
Tapi kami sendiri mencipta benci dan peperangan
Betapa rasa malu menghardik diriku
Betapa sejuta dosa menggertak dadaku
Betapa kepalsuan menjebak langkahku
Betapa hidupku hampa dalam istana
Tapi Tuhan
Inilah do’aku
Inilah Sujudku
Inilah air mataku
Menerpa dinding rumah MU
Kini kian terasa
Betapa sajadahku bertambah pendek
Menampung segala keluh
والسلام عليكم ورحمة لله
وبر كا ته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar