Secara phisikologis dan sufis (mistis), seseorang dapat dinilai melalui matanya, karena mata adalah pancaran dan cerminan dari apa-apa yang ada di dalam hati, meskipun mulut dapat berkata lain namun mata tetap tidak dapat menyembunyikan dan menutupinya. Dalam kedokteran pun tidak heran jika kita akan jumpai seorang dokter yang memeriksa penyakit pasiennya melalui mata.
Berkembang pesatnya peradaban manusia
akan membuat mata mudah terjangkiti oleh virus-virus peradaban yang
mengakibatkan kerusakan atau kaburnya penglihatan dan sebagainya,
meskipun secara dzahirnya terlihat baik, sehat dan kedua mata masih
berfungsi normal, akan tetapi secara batiniahnya adalah layu dan tidak
sehat. Saya menyadari, sebagian besar orang belum mengetahuinya, ada
baiknya saya tuliskan sedikit mengenai obat ampuh yang dapat menangkal
virus-virus tersebut yang mana telah dipraktekkan oleh ulama salaf
terdahulu dan hasilnyapun telah terlihat jelas pada mata mereka.
Di sebuah mesjid, ketika muadzzin
mengumandangkan azan, sampailah ia pada dua kalimat syahadat atas
kerisalahan Nabi Muhammad SAW. Pada saat syahadat yang pertama
dilantumkan, saya membaca “Shallallahu ‘alaika ya Rasulallah”, dan pada
syahadat yang kedua, saya mencium kedua ujung ibu jari dan
mengusapkannya ke mata sambil berucap “Qurrat ‘aini bika ya rasulallah
Allahumma matti’ni bi as-sam’i wa al-bashari, Allahummah Fadz ‘ainay wa
nurhima”. Jamaah yang hadir di saat melihat perbuatan tersebut bertanya
dan berdebat bahkan ada yang mengatakan bid’ah.
Setelah selesai shalat berjamaah, semakin
ribut dan ramai orang bertanya serta berdebat. Secara singkat saya
hanya menjawab “Itulah obat yang paling ampuh untuk menjaga mata dan
melindunginya dari segala macam bentuk penyakit mata”, orang yang minus
pada matanya pun dapat menggunakan untuk mengurangi keminusan bahkan
menyembuhkannya jika diamalkan secara berkesinambungan, dan orang-orang
yang mempraktekkannya akan lebih jelas melihat jalan yang terang dan
benar, terpancar pada kedua matanya ketajaman yang tidak dapat dinilai
dan bahkan dapat menundukkan pandangan orang lain.
Sebagian ulama mengatakan bahwa hal ini
adalah bid’ah. Sebagaimana dalam kitab “Talkhish al-Maqashid al-Hasanah”
oleh Az-Zarqani bahwa Hafid al-’Arafi berkata jika hal ini tidak
mempunyai dasar hukumnya dan diada-ada oleh Sufyan bin Uyainah.
Ulama-ulama Wahhabi pun dengan tegas menyatakan bahwa hal ini adalah
bid’ah.
Maslah ini sebenarnya telah disebutkan
oleh ulama-ulama salafu salihin, seperti Al-’Alamah as-Sanwani dalam
penjelasannya terhadap kitab “Mukhtashar Shahih al-Bukhari” oleh Ibnu
Abi Hamzah. Juga seperti al-Faqih ad-Dilzali dalam kitab
“Mujarrabat”nya, yang mengatakan bahwa sebagian besar ulama-ulama
terdahulu telah mempraktekkannya yang menunjukkan sebagai qudwah bagi
orang lain.
Syekh Daud al-Baghdadi menyebutkan dalam
risalahnya bahwa saya tidak pernah mendapatkan hadis-hadis yang
menunjukkan atas masalah ini, akan tetapi bisa jadi bersumber dari
perkataan Rasulullah SAW:”Akan turun rahmat yang berlimpah di saat
menyebutkan nama-nama orang shaleh”. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Ibnu Jauzi, Hafidz ibnu Hajar dari Imam Ahmad, juga oleh imam Suyuti
dalam kitabnya “Al-Jami’ as-Sahghir”.
Diriwayatkan dari Ibnu Jawzi dati Sufyan
bin Uyainah bahwa pada saat menyebutkan nama orang-orang shaleh akan
bercucuran rahmat. Demikian juga yang dikemukakan oleh Syekh Daud
al-Baghdadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang
yang shaleh dan tiada keraguan akan turunnya rahmat yang berlimpah pada
saat menyebutkan namanya, sehingga berdoa pada saat turunnya rahmat
adalah mustajab dan orang yang mendengar serta berucap “Qurrat ‘aini
bika ya Rasulallah” adalah doa terjaganya mata serta akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka tidak ada larangan padanya.
Ulama Hanafiah, seperti Thahthawi,
menukilkan dalam penjelasannya terhadap kitab “Maraqi al-Falah” oleh
Qahastani dari kitab “Kunz al-’Ibad fi fadhail al-Ghazw wa al-jihad”
oleh abu al-Qasim bin Iqal berkata:”Disunnahkan pada saat mendengar
syahadatain atas Rasul untuk mengucapkan Shallallahu ‘alaika ya
Rasulallah pada syahadat pertama dan mengucapkan Qurrat ‘aini bika ya
rasulallah allahuma matti’ni bi as-sam’i wa al-bashari pada saat
mendengar syahadat yang kedua setelah mencium kedua ujung ibu jari
sambil mengusapkannya ke mata, maka Rasulullah SAW akan menjadi penunjuk
jalan baginya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Dalam Hasyiyah al-Baidhawi dari syekh Abu
al-Wafa berkata:”Saya telah mendapatkan dalam beberapa fatwa bahwasanya
Abu Bakar As-shiddiq ra mendengar azan, pada saat muazzin sampai pada
ucapan dua kalimat syahadat atas Nabi, ia mencium kedua ujung ibu
jarinya dan mengusapkannya di kedua matanya, kemudian yang melihat
perbuatan Abu Bakar tadi bertanya kepadanya:”Mengapa engkau melakukan
yang demikian ya Aba Bakar?”, ia menjawab:”Saya bertabarruk dengan
kemuliaan namamu ya rasul”, kemudian Rasulullah berkata:”Kamu benar, dan
barangsiapa yang melakukan hal tersebut ia akan selamat dari kerabunan
dan terjaga di sisiku jika ia mengucapkan “Allahummah Fadz ‘Ainay wa
nurhima”, Ya Allah jagalah kedua mataku dan cahayanya. Hal serupa
disebutkan oleh Ad-Dilimi dalam kitabnya “Al-Firdaus” mengenai hadis Abu
Bakar ra tadi, dan juga disebutkan oleh at-Thahthawi dalam kitabnya
“Al-Fadhail”. Hal serupa pun akan dijumpai dalam Hawasyi al-’Alamah
as-sayyid Muhammad bin Abidin dalam “Ala ad-Dar”, malah ia
mensunahkannya. Dengan demikian menunjukkan bahwa tidak ada larangan
padanya dan tidak dapat dikatakan sebagai bid’ah.
Sebagian ulama mengkhususkannya hanya
pada azan tanpa Qamat sebagaimana penjelasan al-Qahastani pada catatan
kaki bukunya, dan sebagian yang lain membolehkannya bukan saja pada azan
melainkan pada setiap mendengar ucapan dua kalimat syahadat atas Nabi,
bahkan pada saat mendengarkan namanya.
Dari semua urain di atas, jelaslah apa
yang dibutuhkan oleh mata agar terhindar dari segala macam bentuk virus
peradaban dan obat yang ampuh untuk menyembuhkan kerabuan pada mata dan
sebagainya. Karena hidup di zaman modern, mata tidak akan terhindar dari
melihat apa-apa yang tidak patut untuk dilihat. Olehnya itu jagalah
mata dan melindunginya seperti apa yang telah dikemukakan di atas.
Wallahu a’lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar